Sekembali dari Timur Tengah, Kiai Aminuddin Masyhudi mulai berkhidmah mengembangkan Darunnajat yang dirintis oleh almarhum KH. Masyhudi yang tak lain adalah ayahanda beliau sendiri.
“Tiada detik yang lewat tanpa shalawat,” begitu motto yang berlaku di Pondok Pesantren Modern Darunnajat. Betapa tidak? Setiap menjelang shalat shubuh para santri bersama-sama senandungkan shalawat hingga jamaah subuh didirikan.
Demikian pula setiap menjelang maghrib, para santri kembali mengumandangkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Bagi santri Darunnajat, Shalawat Simthud Duror atau Ratib Al-Athas bukan suatu hal asing. Meski berada di daerah pedesaan, Darunnajat telah menerapkan kurikulum modern.
Di pesantren ini terdapat lembaga pendidikan formal (MTs & MA) yang mengadopsi kurikulum Gontor, serta mengikuti ketentuan Depag dan Depdiknas. Adapun untuk kegiatan non formal, Darunnajat menerapkan kurikulum pesantrern salaf. Antara lain kajian kitab kuning (Ta’limul Kutub) baik secara bandongan maupun sorogan, program Takhfidzul Qur’an (putri), dan Tahassus Lughoh.
0 Comments